
Tragedi yang menimpa pesawat Airasia QZ 8501 tentunya memprihatikan kita semua. Proses evakuasi dilakaukan segera dengan melibatkan segenap sumber daya terbaik negeri ini dikerahkan termasuk bantuan dari negera tetangga. Tragedi ini mengingatkan kita pada kejadian yang hamper sama pada musim semi tahun 1972, sebuah pesawat terbang melintasi pegunungan Andes mengangkut sejumlah awak dan 40 penumpang. Sebagian besar penumpang adalah anggota tim rugby amatir dari Uruguay yang hendak bertanding di Cili. Namun, pesawat tersebut tidak pernah tiba ditujuan. Pesawat menabrak pegunungan yang diselimuti salju, hancur menjadi beberapa bagian. Bagian utama dari badan pesawat meluncur seperti kereta luncur ke lembah yang amat curam, dan terkubur di salju setinggi pinggang manusia. Meskipun ada penumpang yang tewas seketika, atau dalam beberapa jam kemudian, kondisi 28 orang yang selamat tidak lebih baik. Sisa badan peswat memberikan sedikit perlindungan dari cuaca dingin yang ekstrim, persediaan makanan yang kurang, dan sejumlah penumpang yang mengalami luka serius akibat kecelakaan tersebut. Tak lama berseang, beberapa orang dari mereka mulai gila dan sejumlah lainya meninggal dunia akibat luka yang diderita serta buruknya kondisi cuaca. Orang-orang yang mengamai luka ringan mulai memikirkan langkah yang dapat dilakukan untuk memperbesar peluang mereka bertahan hidup dan menyelamatkan diri.